Selasa, 16 September 2008

Negeri "BaBe"

Dahulu negeri kita kebanjiran sampah plastik. Ya, plastik yang sebenarnya bisa dikategorikan limbah tersebut masuk ke Indonesia untuk didaur ulang. Apakah plastik tersebut benar2 aman untuk didaur ulang atau tidak... ahhh... saya nggak tau...

Kemudian negeri kita kebanjiran pakaian bekas. Entah si empunya baju dulu mengidap penyakit kulit berbahaya, atau mungkin pakaian-pakaian tsb sebenarnya untuk disumbangkan bagi kaum miskin, yang jelas di Pasar Senen, Taman Puring, sampai trotoar2 kota jakarta banyak dijual pakaian bekas yang sedikit banyak memukul industri pakaian kita.

Kemudian, di berbagai belahan Indonesia, roti dan makanan kadaluwarsa lainnya yang hewan saja belum tentu mau makan kecuali kelaparan, malah diperjualbelikan dengan harga miring. Entah jadi apa makanan bekas tersebut masuk ke perut manusia.

Belakangan, yang paling "inovatif" dan "kreatif" adalah munculnya daging sisa restoran/rumah makan yang sudah dibuang di tempat sampah kemudian dimasak kembali... ditambah pewarna pakaian supaya menarik, dan dijual dengan harga murah di jakarta barat.

Kenapa yang bekas-bekas laku? karena ada yang mau beli pastinya. Kenapa mau beli? karena daya beli masyarakat yang rendah!!! Jika berfikir rasional, tentu saja si pembeli akan curiga dengan harga makanan yang harganya sangat-sangat miring, tetapi... sudahlah, yang penting perut kenyang. Toh perut-perut ini pasti berontak jika gerakan peristaltik didalam justru terasa menyiksa bagai diiris-iris.

Negeriku negeri "Babe", Barang Bekas...

ahh... seandainya saja para pemimpin di negeri ini bisa menyejahterakan rakyatnya... seandainya saja janji manis selama Pemilu dan Pilkada benar adanya... seandainya...
yaa... orang miskin hanya bisa berandai-andai, itu pun dilakukan dalam keadaan lapar.

Senin, 15 September 2008

Fatwa Haram Untuk PSSI

"PSSI itu ibarat alkohol, kalau diminum haram,
tetapi menjadi halal jika digunakan untuk obat luka luar"

Apa sih haram itu? Kenapa ada yang bilang rokok itu haram? Kenapa menikahi saudara wanita sepersusuan itu haram? Apa definisi korupsi sehingga hukumnya jatuh menjadi haram? Lalu, kenapa ada yang disebut dengan anak haram?
Itulah pertanyaan yang sering kita dengar, apalagi kalau pas bulan puasa saat televisi berlomba-lomba menyiarkan acara “berbau” agama Islam. Saya sebut berbau, karena memang sering cuma jadi bumbu saja. Sama saja dengan permen karet rasa duren, padahal yang benar permen karet berbau duren, toh kandungan durennya gak seberapa.
Definisi lainnya, katanya sesuatu itu bisa menjadi haram kalau mudharat-nya lebih besar dari manfaatnya.
Untuk menjawab definisi haram, itu mah bukan tugas saya… itu tugasnya para Ulama yang memang ahlinya. Kalau tugas saya sebagai kembaran Markesot cuma ikut ngeramein aja, ngasih komentar, biar terkesan intelek, biar hati orang lain sedikit melek, biar keliatan agak akademis dikit.
Setelah nyontek sana-sini, mungkin kira-kira definisi Haram adalah larangan yang kalau dilanggar maka berdosa. Kata "Haram" sendiri dari bahasa sononya (arab) mengandung pengertian: terlarang, melarang, untuk melarang, untuk mencegah. Adapun bentukannya bisa menjadi: Harram atau Harrama. Untuk lebih rincinya, silakan Tanya ustadz atau ulama disekitar rumah anda karena saya bukan ahlinya.

Nah… sebagai soccer avid alias gila bola, pasti pertanyaan saya sama dengan pertanyaan anda yang merasa penggila bola: Kapan Sepakbola Indonesia maju? Nggak usah mimpi sekelas Brazil deh, atau punya klub lokal sekelas Manchester United, klub idola saya sejak awal tahun 90-an, tapi untuk short term, bolehlah mimpi supaya bisa jadi macan Asia Tenggara, tapi secara fair loh…
Memangnya PSSI dan Klub lokal kita nggak fair? Wah… gak tau lah, silakan Tanya diri sendiri…
Masih ingatkan kalo Indonesia berhasil juara piala kemerdekaan dengan cara yang memalukan? Ya… Indonesia menang WO atas Libya, meskipun pada babak pertama Libya unggul 1-0. Libya mengundurkan diri dengan alasan keamanan karena pelatihnya dipukul oleh salah satu official Timnas, tuduhan mengarah ke pelatih kiper. Lalu, bagaimana kelanjutannya… sudahlah, seperti biasanya, peti es kan saja, yang penting Indonesia menang…. Dan piala kemerdekaan jatuh ke tangan, MERDEKA!!! STOP!!! Kita merdeka dengan perjuangan heroik, ingat: Soekarno-Hatta menandatangani proklamasi atas nama bangsa Indonesia dan kemerdekaan juga hadir karena ridho Allah. Lha… kok piala kemerdekaan sepakbola direbut melalui “Tinju Maut”… duh… untung main di Indonesia, kalo main di Libya, tuh yang punya Tinju Maut pasti udah digebukin abis-abisan trus luka-lukanya disuruh jilatin onta Libya biar infeksi… Ya gak mungkin lah, mana berani “Tinju Maut” di negeri orang… kan kita jago kandang.

Saya sendiri paling malas kalo nonton langsung Liga lokal ke stadion karena ujung-ujungnya biasanya rusuh. Sekadar perbandingan, dulu waktu saya kebetulan dapet kesempatan langsung nonton Liga Champions di Amsterdam Arena, tiket yang saya pegang sudah melalui deteksi elektronik, jadi gak bakal ada yang namanya tiket bodong. Begitu lolos pintu elektronik, diperiksa jika membawa botol/alat2 yang membahayakan, terus dipersilakan duduk sesuai dengan nomor tiket…. Bonusnya lagi, saya diantar ketempat duduk yang seharusnya oleh LO cewek2 bule dengan ramahnya. Orang cacat berkursi roda diberikan jalur khusus dan diberi tempat langsung di bagian belakang gawang, hehehe… jangan2 kalo kita nonton liga lokal disini kebalikannya, berangkat normal pulang nonton sepakbola jadi orang cacat.

Saat ini PSSI dipimpin oleh narapidana koruptor, Orang2 bawahannyapun benar2 loyal sama koruptor tersebut, sampai2 pernah Nugraha Besoes diwawancara di salah satu TV dengan bahasa yang muter-muter gak karuan tapi ujung-ujungnya tetap berkesimpulan si narapidana tersebut tetap berhak jadi Ketua Umum PSSI. APBD pun sampai tergerus untuk membiayai klub lokal yang prestasinya melempem ketika berlaga di liga lokal ataupun Liga Champions Asia, padahal jumlah yang tersedot jauh lebih besar dari jumlah dana untuk pengentasan kemiskinan.
Ditambah dengan kasus tinju maut, maka saya sebagai kembaran Markesot yang sok tau ini menyimpulkan bahwa PSSI adalah ORGANISASI TERLARANG, dan saya menghimbau agar MUI mengeluarkan FATWA HARAM UNTUK PSSI.
Setelah dikeluarkan fatwa tersebut, maka PSSI bubar dan diganti dengan kepengurusan yang baru yang benar2 memiliki kapasitas untuk memajukan PSSI. Maka sejak saat itulah, MUI menyatakan FATWA HALAL UNTUK PSSI.

Segelas Kopi Yang Melanggar Khittah

"Black as the devil, hot as hell,

pure as an angel, sweet as love."


Untaian kata-kata tersebut telah disampaikan oleh Charles Maurice de Talleyrand Perigord (1754-1838), seorang diplomat Prancis untuk menerjemahkan resep bagi sajian kopi yang semestinya. Rupanya Talleyrand paham betul bahwa secangkir kopi akan terasa nikmat jika diracik sesuai dengan kali pertama kopi dinikmati di seluruh penjuru dunia: bubuk kopi murni, gula, dan disajikan dalam keadaan panas.


Resep kopi versi Talleyrand sejak 2 abad lalu tersebut rupanya semakin lama semakin bergeser. Jadi jangan heran kalau di kafe-kafe sepanjang jalan protokol maupun pertokoan di kota-kota besar, mulai dari New York sampai New Delhi, dari kota besar negara-negara makmur sampai negara-negara miskin terpampang papan menu minuman berbasis kopi yang semakin hari deretannya semakin panjang: Café latte, cappuccino, Espresso con panna, Red eye, dst.


Nah… Bagaimana dengan di Indonesia? Negara kita sebenarnya masuk golongan negara miskin atau berkembang? Jawabannya tentu relatif, kalau dibilang berkembang kok di tiap lampu merah Jakarta saja bisa dipastikan ada segerombolan pengemis yang jumlahnya terus meningkat, di Rangkasbitung masih ditemukan penyakit busung lapar, bahkan sudah bosan kita lihat berita TV tentang bunuh diri masal dilakukan oleh satu keluarga karena miskin. Mau dibilang negara miskin? Gengsi dooonggg… toh masih banyak Jaguar, Porsche, Lamborghini, ataupun konvoi motor gede berseliweran di Jakarta terutama saat weekend.


Nah… mari kembali ke laptop kopi. Inovasi dan kreatifitas dalam racikan kopi dengan nama-nama yang aneh di telinga orang Indonesia ternyata masuk juga ke lidah orang Indonesia. Mungkin bagi yang pertama mencoba terkesan rasanya agak aneh, tapi lama kelamaan akan terasa nikmat…. atau dipaksa supaya nikmat. Biasanya kafe-kafe dengan kopi inovasi ini dijejali anak-anak muda ataupun pekerja white collar. Atau, kadang-kadang pekerja blue collar dan anak muda dangan kantong pas-pasan yang entah ingin coba-coba saja atau memang ingin ikut trend, ataupun addicted.


Yang mengganjal hati saya adalah, apakah wajar kopi inovasi yang melanggar khittah tersebut dihargai sedemikian mahalnya hingga ada yang mencapai diatas Rp 30 ribu per gelas? apalagi kalau yang penyajiannya ditambah dengan latte art. Benarkah indeks biaya produksi kopi per gelasnya setelah memperhitungkan fix cost maupun variable cost index benar-benar rasional untuk harga sebesar itu?
Lalu ada yang bertanya begini: Duit-duit gue kok, kenapa sewot? mau mahal kek, murah kek, yang penting gue enjoy…!
Hehehe… emang sih itu duit-duit elo… Gw juga kadang minum kok, cuma kalo terlalu sering apa gak terlalu mubazir ngebuang uang segitu banyak? Apalagi buat mereka yang membeli kopi inovasi sekadar ngikutin trend meskipun sebenarnya rasa di lidah gak enak-enak amat. Kalo gw saranin, sekali-sekali mbok ya dibagi tuh uangnya untuk beli kopi murni/kopi jahe di ujung Malioboro Yogya atau Warkop di kota-kota lainnya yang cuma 2-3 ribu perak tapi gak kalah nikmat, asli produksi Indonesia (kecuali gulanya, mungkin aja gula rafinasi impor heheh), dan yang gak kalah penting: turut membantu income pedagang kopi tersebut untuk menyekolahkan anaknya.


Kalau saya punya duit banyak mungkin kopi dengan racikan saya:
Café Magica: Kopi lampung, campur strawberry, plus kotoran ayam broiler (mengandung protein) yang disterilisasi, ditambah sedikit susu.


Kopi tersebut modalnya kecil, tapi dengan strategi pemasaran diiklankan di TV dengan bintang iklan ABG cantik sambil ketawa-ketiwi dan berkata: “Haree genee gak tau minuman yang lagi ngetrend? Basi deh loe” pasti laku meskipun saya patok harga 15 ribu perak per gelas.
Tapi apapun kopi yang anda minum, itu pilihan anda… sebagai kembaran Markesot, saya hanya mau berfikir rasional saja kok… namanya juga Markesot, ngomong apaan aja juga boleh dong meskipun tanpa teori njelimet… OK...!

Kopi favorit saya tetap kopi yang sesuai khittahnya: Black as the devil, hot as hell, pure as an angel, sweet as love… and for sure, it’s really-really cheap. Drink it while enjoying the sunset on the Beach... feels like in paradise.